PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI
MASYARAKAT
1. PERBEDAAN KEPENTINGAN
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah
laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi
kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia
akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan
akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan
kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada
dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun
rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal
kepentingannya.
Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1. kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2. kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3. kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan
yang sama
4. kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan
posisi
5. kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6. kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di
dalam kelompoknya
7. kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan
perlindungan diri
8. kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan
diri.
Kenyataan-kenyataan seperti itu menunjukkan
ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan
melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan
konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan
kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang
yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali ideologi
dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung
menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu:
1. fase disorganisasi yang terjadi karena
kesalahpahaman.
2. fase dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut
Walter W. Martin dkk):
• ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan
yang dicapai.
• norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan
yang disepakati.
• norma yang telah dihayati bertentangan satu sama
lain.
• sanksi sudah menjadi lemah
• tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan
dengan norma kelompok.
2. PRASANGKA
DISTRIMINASI & ETOS SENTRIS
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum
mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini
merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang
relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka
juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi
sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam
tiga kategori.
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap
benar.
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan
tidak disukai.
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana
kecenderungan seseorang dalam bertindak.
Beberapa jenis diskriminasi terjadi karena prasangka
dan dalam kebanyakan masyarakat tidak disetujui.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak
adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan
suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan
karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena
karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran
politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari
tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan
atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis
kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan
yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di
lapangan.Diskriminasi ditempat kerja
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam
bentuk:
dari struktur upah,
cara penerimaan karyawan,
strategi yang diterapkan dalam kenaikan jabatan, atau
kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah
seseorang memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan
prestasi yang dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat
bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara
individual. Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada
karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai
indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu
memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
Etnosentrisme cenderung memandang rendah
orang-orang yang dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya
asing dengan budayanya sendiri. “ ( The Random House Dictionary ).
Ada satu suku Eskimo yang menyebut diri mereka suku
Inuit yang berarti “penduduk sejati” [Herbert, 1973, hal.2]. Sumner menyebutkan
pandangan ini sebagai etnosentrisme, yang secara formal didefinisikan sebagai
“pandangan bahwa kelompoknya sendiri” adalah pusat segalanya dan semua kelompok
lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi [Sumner,
1906, hal.13]. Secara kurang formal etnosentrisme adalah kebiasaan setiap
kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling
baik.
Etnosentrisme terjadi jika
masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan
kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya
menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu
kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan
kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk
penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan
kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung
melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling
baik, sebagai yang paling bermoral.”
Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur
baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita.
Ini dinyatakaan dalam ungkapan : “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang
unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada
orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat
bersifat etnosentrisme. Semua kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme,
tetapi tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Sebagian dari kita adalah
sangat etnosentris untuk mengimbangi kekurangan-kekurangan kita sendiri.
Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial telah membentuk kaitan erat antara
pola kepribadian dan etnosentrisme.
Kecenderungan etnosentrisme berkaitan erat dengan kemampuan belajar dan
berprestasi. Dalam buku The Authoritarian Personality, Adorno (1950) menemukan
bahwa orang-orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan
pemeluk agama yang fanatik. Dalam pendekatan ini, etnosentrisme didefinisikan
terutama sebagai kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau
bangsa sendiri disertai prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa lain. Yang
artinya orang yang etnosentris susah berasimilasi dengan bangsa lain, bahkan
dalam proses belajar-mengajar.
Etnosentrisme akan terus marak apabila pemiliknya tidak mampu melihat human
encounter sebagai peluang untuk saling belajar dan meningkatkan kecerdasan,
yang selanjutnya bermuara pada prestasi. Sebaliknya, kelompok etnis yang mampu
menggunakan perjumpaan mereka dengan kelompok-kelompok lain dengan
sebaik-baiknya, di mana pun tempat terjadinya, justru akan makin meninggalkan
etnosentrisme. Kelompok semacam itu mampu berprestasi dan menatap masa depan
dengan cerah.
Etnosentrisme mungkin memiliki daya tarik karena faham tersebut mengukuhkan
kembali “keanggotaan” seseorang dalam kelompok sambil memberikan penjelasan
sederhana yang cukup menyenangkan tentang gejala sosial yang pelik. Kalangan
kolot, yang terasing dari masyarakat, yang kurang berpendidikan, dan yang
secara politis konservatif bisa saja bersikap etnosentris, tetapi juga kaum
muda, kaum yang berpendidikan baik, yang bepergian jauh, yang berhaluan politik
“kiri” dan yang kaya [Ray, 1971; Wilson et al, 1976]. Masih dapat diperdebatkan
apakah ada suatu variasi yang signifikan, berdasarkan latar belakang sosial
atau jenis kepribadian, dalam kadar etnosentris seseorang
3. PERTENTANGAN SOSIAL KETEGANGAN
DALAM MASYARAKAT
Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih
luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai
pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dasar
dari suatu konflik, yaitu
terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang
terlibat dalam konflik
unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang
tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan
terdapat interraksi diantar bagian-bagian yang
mempunyai perbedaan tersebut
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan
dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau
permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri seseorang, kelompok, dan
masyarakat. Adapun cara pemecahan konflik tersebut :
Elimination, pengunduran diri dari salah satu pihak
yang terlibat konflik
Subjugation atau Domination, pihak yang mempunyai
kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah
Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan
dengan voting
Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang
menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan
serta kesepakatan untuk melakukan kegiatan bersama
Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat
dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
Integration, artinya pendapat-pendapat yang
bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai
kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak
a. Masyarakat majemuk dan Nasional Indonesia
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan
nasional yang berwujud Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya dikemukakan aspek
dari kemasyarakatan tersebut:
1. Suku bangsa dan kebudayaan, Indonesia terdiri dari sejumlah suku bangsa
dengan berbagai kebudayaan.
2. Agama, Indonesia memiliki toleransi yang besar terhadap berbagai
kepercayaan.
3. Bahasa, pada suku-suku bangsa yang bermacam-macam itu terikat oleh bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
4. Nasional Indonesia, adalah merupakan kesatuan solidaritas yang terbentuk
sebagai hasil perjuangan kemerdekaan Indonesia.
b. Intergrasi
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara
masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan.
Variable-variabel yang dapat menjadi
penghambat dalam integrasi adalah:
1. Klaim/tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai
miliknya.
2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antara
warga Negara Indonesia asli dan keturunan (Arab/Cina).
3. Agama, sentiment agama dapat digerakan untuk mempertajam perbedaan kesukuan.
4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota
golongan tertentu.
4.Golongan-Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan
nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Aspek-aspek dari kemasyarakatan :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2.Agama
3.Bahasa
4. Nasional Indonesia.
Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam
integrasi:
a. Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
b. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar
warga negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
c. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
d. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota
golongan tertentu.
e. Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang
berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut
meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan
norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain:
f. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan
mereka
g. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai
sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
h. Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara
konsisten
i. Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di
dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Beberapa
masalah integrasi internasional, antara lain:
j. perbedaan ideologi
k. kondisi masyarakat yang majemuk
l. masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
m. pertumbuhan partai politik
5. INTEGRASI SOSIAL
A.PENGERTIAN
INTEGRASI SOSIAL
Integrasi sosial adalah penyatuan dua atau lebih unsur
sosial menjadi satu kesatuan utuh yang dapat diterima dengan baik. Kata integrasi
berasal dari bahasan inggrisyaitu “Integration” yang artinya kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial juga dapat diartikan sebagai proses adaptasi
antara kelompok kelompok yang berbeda dalam suatu kehidupan bermasyarakat.
Tujuan umum dari integrasi sosial adalah untuk melakukan pengendalian terhapad
konflik dan penyimpangan sosial serta untuk menyatukan unsur unsur sosial yang
berbeda dalam masyarakat. Integrasi sosial penting untuk menjaga masyarakat
agar siap menghadapi tantangan, baik beruapa tantangan fisik atau mental yang
terjadi dalam kehidupan sosial.
B. PROSES TERJADINYA INTEGRASI SOSIAL
Suatu masyarakat memiliki komponen dan unsur unsur
yang saling berkaitan satu sama lain. Bagaimanapun, komponen dan unsur – unsur
masyarakat ini pasti memiliki suatu perbedaan, tetapi mau tidak mau mereka
harus bekerja sama untuk saling mendukung agar sama-sama mendapat keuntungan.
Untuk itu perlu terbentuk integrasi sosial, berikut adalah proses terjadinya
suatu integrasi sosial :
1. Tahap Interaksi
Interaksi sosial adalah Hubungan timbal balik dalam
masyarakat yang tercipta karena adanya komunikasi antara satu pihak dengan
pihak lainnya melalui sebuah tindakan tertentu. Tindakan yang dimaksud disini
adalah semua tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial
dan komunikasi antar pihak yang terlibat. Tentunya interaksi pasti dibutuhkan
untuk saling mengenal dalam upaya membentuk integrasi sosial.
2. Tahap Identifikasi
Setelah saling mengenal melalui proses interaksi, maka
masing masing pihak akan berusaha untuk saling menerima dan memahami satu sama
lain, nah tahapan ini disebut dengan tahapan identifikasi. Jika proses
identifikasi berlangsung dengan lancar, maka kerjasama akan lebih cepat dan
terbentuk lebih mudah.
3. Tahap Kerjasama
Kerjasama timbulk apabila orang orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yang sama, pada saat bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian diri untuk memenuhi kepentingan tersebut.
Kesadaran ini akan menimbulkan kerjasama dengan tujuan membuat pencapaian
tujuan menjadi lebih mudah.
4. Tahap Akomodasi
Setelah bekerja sama dan menjalankan tugasnya masing
masing, biasanya akan muncul konflik dan pertentangan antar pihak-pihak yang
terlibat. Pertentangan ini perlu diredakan akan tidak menghasilkan perpecahan,
disinilah akomodasi berperan. Akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan.
5. Tahap Asimilasi
Setelah melalui beberapa permasalah dan mampu
mengatasi permasalah tersebut tanpa menimbulkan perpecahan, biasanya hubungan
antara pihak yang berkaitan akan lebih erat sehingga terjadinya proses
asimilasi. Asimilasi adalah proses sosial berupa usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan
yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok kelompok untuk mempertinggi
rasa kesatuan.
6. Tahap Integrasi
Setelah proses asimilasi, maka akan terbentuk
integrasi. Pada proses integrasi penyesuaian antar unsur masyarakat yang berbeda
terjadi dan kemudian membentuk keserasian dalam menjalani fungsi kehidupan.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTEGRASI SOSIAL
1. Homogenitas Kelompok
Homogenitas kelompok adalah kemiripan atau kesamaan
dalam suatu kelompok masyarakat baik itu kepribadian, ciri atau adat istiadat.
Kesepakatan yang dapat disetujui bersama akan lebih mudah tercapai dengan
mempertimbangkan homogenitas dalam masyarakat yang bersangkutan.
2. Besar Kecilnya Kelompok Masyarakat
Semakin besar suatu kelompok maka perbedaan yang
muncul akan semakin banyak pula. Dalam kelompok yang relatif kecil, maka
hubungan pribadinya cenderung lebih akrab dan berlangsung secara informal,
sehingga lebih mudah tercapainya suatu kesepakatan.
3. Mobilitas Geografis (Perpindahan Fisik)
Perpindahan atau pergerakan penduduk secara geografis
akan menimbulkan banyak keanekaragaman dalam suatu wilayah. Masyarakat yang
masuk ke suatu daerah baru membawa ideologi, kebiasaan, budaya dan kepribadian
dari tempat asalnya. Oleh karena itu mobilitas sosial sangat mempengaruhi
terbentuknya suatu integrasi sosial.
4. Efektivitas dan Efisiensi Komunikasi
Salah satu syarat terjadinya interaksi sosial adalah
komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu
pihak kepada pihak lainnya. Pada umumnya komunikasi yang sering kita lihat
dilakukan secara verbal (berbicara) dengan menggunakan cara yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak, contohnya dengan menggunakan bahasa dari
suatu negara tertentu. Tetapi komunikasi juga dapat dilakukan dengan
menggunakan bahasa isyarat, menunjukkan sikap tertentu, ekspresi wajah, dll.
Intinya jika informasi yang ingin disampaikan oleh satu pihak dapat diterima
dengan baik oleh pihak lainnya, maka komunikasi sudah terjadi antara kedua
belah pihak tersebut.
Lancarnya komunikasi antar individu atau antar
kelompok dalam suatu lingkungan masyarakat merupakan sebuah pertanda bahwa
mereka memiliki hubungan sosial yang baik satu sama lain. Dengan ini maka akan
lebih mudah untuk mencapai suatu kesepakatan, karenanya efektivitas dan
efisiensi dari komunikasi akan mempengaruhi integrasi sosial.
D. KLASIFIKASI MACAM MACAM BENTUK INTEGRASI SOSIAL
1. Berdasarkan hasilnya integrasi sosial terbagi
menjadi :
a. Asimilasi
Asimilasi adalah penggabungan dua atau lebih
kebudayaan yang hasilnya menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli, artinya
hasil dari asimilasi merupakan sebuah kebudayaan baru yang diterima oleh semua
kelompok dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
b. Akulturasi
Akulturasi adalah penggabungan dua atau lebih
kebudayaan tanpa menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli di lingkungan
tersebut. Biasanya kebudayaan asing yang masuk akan mendapatkan penolakan
terlebih dahulu, tetapi kemudian seiring berjalannya waktu kebudayaan ini akan
diterima dan dimanfaatkan dengan tanpa menghilangkan ciri khas dari kebudayaan
awal.
2. Berdasarkan penyebabnya, integrasi sosial dapat
terbagi menjadi :
a. Integrasi Normatif
Integrasi normatif adalah integrasi yang terjadi
karena norma-norma tertentu yang berlaku dalam masyarakat secara keseluruhan.
Norma ini menjadi hal yang mampu mempersatukan masyarakat sehingga integrasi
lebih mudah terbentuk.
b. Integrasi Instrumental
Integrasi instrumental adalah integrasi yang tampak
secara visual akibat adanya keseragaman antar individu dalam suatu lingkungan
masyarakat. Contohnya adalah keseragaman pakaian, keseragaman aktivitas sehari
– hari, keseragaman ciri fisik, dll.
c. Integrasi ideologis
Integrasi ideologis adalah integrasi yang tidak tampak
secara visual, terbentuk karena adanya ikatan spiritual atau ideologis yang
kuat berdasarkan proses alamiah tanpa adanya paksaan. Interaksi ideologis
menggambarkan adanya persamaan kepahaman dalam memandang nilai sosial,
persepsi, serta tujuan antara anggota masyarakat dalam lingkungan masyarakat
yang bersangkutan.
d. Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi
fungsi tertentu dari masing masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.
e. Integrasi Koersif
Integrasi koersif adalah integrasi yang terbentuk
karena adanya pengaruh kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa. Integrasi ini
dapat bersifat paksaan.
E. SYARAT BERHASILNYA INTEGRASI SOSIAL
Proses mewujudkan integrasi sosial yang baik tidaklah
mudah, apalagi pada lingkungan masyarakat multikultural dengan perbedaan yang
sangat banyak. Sangat sulit untuk menemukan suatu keputusan yang dapat diterima
oleh semua kelompok masyarakat. Tetapi bagaimanapun sulitnya, integrasi sosial
sangat penting untuk dilakukan.
1. Menurut R William Lidle, syarat berhasilnya suatu
integrasi sosial adalah sebagai berikut :
Sebagian besar (mayoritas) anggota dalam masyarakat
sepakat tentang batas – batas teritorial dari wilayah mereka sebagai suatu
kehidupan politik.
Sebagian besar (mayoritas) anggota masyarakat tersebut
sepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan hukum dari proses politik dan
sosial yang berlaku bagi seluruh masyarakat dalam wilayah teritorial tersebut.
2. Selain pendapat tersebut, ada pendapat lain dari
William F. Ougburn dan Meyer Nimkoff tentang Syarat berhasilnya integrasi
Sosial :
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka saling mengisi
kebutuhan mereka satu sama lain.
Masyarakat telah menciptakan kesepakatan bersama tentang
nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan tersebut.
Nilai dan Norma sosial itu sudah berlaku cukup lama
dan dijalankan secara konsisten.
Masing masing individu atau kelompok mampu
mengendalikan diri dan menyesuaikan diri satu sama lain.
Selalu menempatkan persatuan dan kesatuan sebagai
prioritas utama.
6. INTEGRASI NASIONAL
integrasi sosial (masyarakat) dapat diartikan adanya
kerja sama dari seluruh anggota masyarakat
mulai dari individu, keluarga, lembaga masyarakat
secara keseluaruhan.
Sumpah pemuda 28 Oktober 1928, merupakan bukti sejarah perwujudan solidaritas
sosial yang begitu kental antar golongan pemuda. Pada hakikatnya bangsa
Indonesia adalah satu corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan budaya
bangsa yang menjadi modal mengembangkan budaya bangsa seluruhnya, sehingga
menjadi modal dasar bagi terwujudnya Integrasi sosial-Integrasi Nasional.
d. Integrasi nasional
1. Beberapa permasalahan integrasi nasional
a) Perbedaan Ideoloogi
b) Kondisi masyarakat yang majemuk
c) Masalah territotial daerah yang berjarak cukup jauh
d) Pertumbuhan partau politik
2. Upaya pendekatan
Upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau
menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu antara lain:
• Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara terhadap ideolgi nasional
• Membuka isolasi antar berbagai kelompok dengan membangun sarana komunikasi,
informasi, dan ttranspormasi
• Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional
• Membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis baik pribumi atau
keturunan asing