bjk

Welcome to my Blog.

Nama Saya Renaldy,Dari kelas 1ia19.

Gunadarma Site

click here

Follow my Instagram

just Click Here!

Minggu, 19 November 2017

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
             

 1. Ilmu Pengetahuan

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif.
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.

2. Teknologi

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah.
Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35) teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia.
Fenomena teknik pdaa masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis
4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
6. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Ciri-ciri teknologi barat
Ciri – cirri teknologi barat adalah sebagai berikut :
1. Bersifat Intensif pada semua kegiatan manusia
2. Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan
3. Selalu berpikir bahwa barat adalah pusat dari segala teknologi

3. Kemiskinan

Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai yang dimiliki.
Ciri-ciri manusia yang hidup di bawah garis kemiskinan
Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dll.
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.

4. Kesimpulan

Dari ketiga bidang diatas yaitu Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan dapat di ambil kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan adalah suatu usaha yang dapat menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pengetahuan manusia. Jadi, dengan adanyanya Ilmu Pengetahuan dapat meningkatkan pengetahuan manusia, contohnya dalam proses belajar. Ilmu pengetahuan dapat didapat dengan adanya proses yang format dan non-formal, contohnya dari proses formal seperti di Sekolah, Kampus, dll sendangkan non-formal pada proses sosialisasi manusia dan hal-hal lainnya yang di dapat secara alami.
Teknologi berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan mesin, teknologi berkembang saat pesat hingga saat ini, teknologi berkebang juga dalam bidang pendidikan seperti dalam proses belajar mengajar yang menggunakan laptop, proyektor, dan teknologi lainnya yang berfungsi juga untuk menyampaikan Ilmu Pengetahuan. Seperti dalam situs wikipedia terdapat berbagai Ilmu Pengetahuan. Sehingga Teknologi berkaitan erat dengan Ilmu Pengetahuan
Kemiskinan dikatakan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kemiskinan dapat diukur melalui pemenuhan kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Faktor kemiskinan dapat memperngaruhi proses perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka dengan adanya kemiskinan harus dibentuk pengendalian pengendalian agar Ilmu Pengetahuan tetap berjalan lancar dan di ikuti dengan perkembangan Teknologi yang ada.


Sumber dan Refrensi :

·                     MKDU ISD, Gunadarma 1996 oleh Herwantiyoko dan Neltje F. Katuuk
·                     ISD Ilmu Sosial Dasar, Ikip Malang 1989 oleh Siswanto
·                     https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
·                     https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi
·                     https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu


Minggu, 12 November 2017

PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT

1.  PERBEDAAN KEPENTINGAN

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya.

Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1. kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2. kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3. kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4. kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5. kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6. kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7. kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8. kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Kenyataan-kenyataan seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu:
1. fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.
2. fase dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.

fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
• ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
• norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
• norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
• sanksi sudah menjadi lemah
• tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.

    2.  PRASANGKA DISTRIMINASI & ETOS SENTRIS
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori.
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.
Beberapa jenis diskriminasi terjadi karena prasangka dan dalam kebanyakan masyarakat tidak disetujui.

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi

Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.

Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.Diskriminasi ditempat kerja
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk:
dari struktur upah,
cara penerimaan karyawan,
strategi yang diterapkan dalam kenaikan jabatan, atau
kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif.

Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara individual. Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
Etnosentrisme cenderung memandang rendah orang-orang yang dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya asing dengan budayanya sendiri. “ ( The Random House Dictionary ).
Ada satu suku Eskimo yang menyebut diri mereka suku Inuit yang berarti “penduduk sejati” [Herbert, 1973, hal.2]. Sumner menyebutkan pandangan ini sebagai etnosentrisme, yang secara formal didefinisikan sebagai “pandangan bahwa kelompoknya sendiri” adalah pusat segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi [Sumner, 1906, hal.13]. Secara kurang formal etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik.
Etnosentrisme terjadi jika masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral.”
Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan : “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Semua kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Sebagian dari kita adalah sangat etnosentris untuk mengimbangi kekurangan-kekurangan kita sendiri. Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial telah membentuk kaitan erat antara pola kepribadian dan etnosentrisme.
Kecenderungan etnosentrisme berkaitan erat dengan kemampuan belajar dan berprestasi. Dalam buku The Authoritarian Personality, Adorno (1950) menemukan bahwa orang-orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan pemeluk agama yang fanatik. Dalam pendekatan ini, etnosentrisme didefinisikan terutama sebagai kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri disertai prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa lain. Yang artinya orang yang etnosentris susah berasimilasi dengan bangsa lain, bahkan dalam proses belajar-mengajar.
Etnosentrisme akan terus marak apabila pemiliknya tidak mampu melihat human encounter sebagai peluang untuk saling belajar dan meningkatkan kecerdasan, yang selanjutnya bermuara pada prestasi. Sebaliknya, kelompok etnis yang mampu menggunakan perjumpaan mereka dengan kelompok-kelompok lain dengan sebaik-baiknya, di mana pun tempat terjadinya, justru akan makin meninggalkan etnosentrisme. Kelompok semacam itu mampu berprestasi dan menatap masa depan dengan cerah.
Etnosentrisme mungkin memiliki daya tarik karena faham tersebut mengukuhkan kembali “keanggotaan” seseorang dalam kelompok sambil memberikan penjelasan sederhana yang cukup menyenangkan tentang gejala sosial yang pelik. Kalangan kolot, yang terasing dari masyarakat, yang kurang berpendidikan, dan yang secara politis konservatif bisa saja bersikap etnosentris, tetapi juga kaum muda, kaum yang berpendidikan baik, yang bepergian jauh, yang berhaluan politik “kiri” dan yang kaya [Ray, 1971; Wilson et al, 1976]. Masih dapat diperdebatkan apakah ada suatu variasi yang signifikan, berdasarkan latar belakang sosial atau jenis kepribadian, dalam kadar etnosentris seseorang

    3. PERTENTANGAN SOSIAL KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT


Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu

terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik
unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan
terdapat interraksi diantar bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut

Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara pemecahan konflik tersebut :

Elimination, pengunduran diri dari salah satu pihak yang terlibat konflik
Subjugation atau Domination, pihak yang mempunyai kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah
Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting
Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta kesepakatan untuk melakukan kegiatan bersama
Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
Integration, artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak
a. Masyarakat majemuk dan Nasional Indonesia
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional yang berwujud Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya dikemukakan aspek dari kemasyarakatan tersebut:

1. Suku bangsa dan kebudayaan, Indonesia terdiri dari sejumlah suku bangsa dengan berbagai kebudayaan.
2. Agama, Indonesia memiliki toleransi yang besar terhadap berbagai kepercayaan.
3. Bahasa, pada suku-suku bangsa yang bermacam-macam itu terikat oleh bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
4. Nasional Indonesia, adalah merupakan kesatuan solidaritas yang terbentuk sebagai hasil perjuangan kemerdekaan Indonesia.
b. Intergrasi
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan.
       Variable-variabel yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi adalah:
1. Klaim/tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya.
2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antara warga Negara Indonesia asli dan keturunan (Arab/Cina).
3. Agama, sentiment agama dapat digerakan untuk mempertajam perbedaan kesukuan.
4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu.

4.Golongan-Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Aspek-aspek dari kemasyarakatan :
1.Suku bangsa dan kebudayaannya.
2.Agama
3.Bahasa
4. Nasional Indonesia.
Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
a. Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
b. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab)
c. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
d. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu.
e. Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain:
f. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka
g. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
h. Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara konsisten
i. Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Beberapa masalah integrasi internasional, antara lain:
j. perbedaan ideologi
k. kondisi masyarakat yang majemuk
l. masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
m. pertumbuhan partai politik

5. INTEGRASI SOSIAL
 A.PENGERTIAN INTEGRASI SOSIAL
Integrasi sosial adalah penyatuan dua atau lebih unsur sosial menjadi satu kesatuan utuh yang dapat diterima dengan baik. Kata integrasi berasal dari bahasan inggrisyaitu “Integration” yang artinya kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial juga dapat diartikan sebagai proses adaptasi antara kelompok kelompok yang berbeda dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Tujuan umum dari integrasi sosial adalah untuk melakukan pengendalian terhapad konflik dan penyimpangan sosial serta untuk menyatukan unsur unsur sosial yang berbeda dalam masyarakat. Integrasi sosial penting untuk menjaga masyarakat agar siap menghadapi tantangan, baik beruapa tantangan fisik atau mental yang terjadi dalam kehidupan sosial.

B. PROSES TERJADINYA INTEGRASI SOSIAL
Suatu masyarakat memiliki komponen dan unsur unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Bagaimanapun, komponen dan unsur – unsur masyarakat ini pasti memiliki suatu perbedaan, tetapi mau tidak mau mereka harus bekerja sama untuk saling mendukung agar sama-sama mendapat keuntungan. Untuk itu perlu terbentuk integrasi sosial, berikut adalah proses terjadinya suatu integrasi sosial :
1. Tahap Interaksi
Interaksi sosial adalah Hubungan timbal balik dalam masyarakat yang tercipta karena adanya komunikasi antara satu pihak dengan pihak lainnya melalui sebuah tindakan tertentu. Tindakan yang dimaksud disini adalah semua tindakan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan komunikasi antar pihak yang terlibat. Tentunya interaksi pasti dibutuhkan untuk saling mengenal dalam upaya membentuk integrasi sosial.

2. Tahap Identifikasi
Setelah saling mengenal melalui proses interaksi, maka masing masing pihak akan berusaha untuk saling menerima dan memahami satu sama lain, nah tahapan ini disebut dengan tahapan identifikasi. Jika proses identifikasi berlangsung dengan lancar, maka kerjasama akan lebih cepat dan terbentuk lebih mudah.

3. Tahap Kerjasama
Kerjasama timbulk apabila orang orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama, pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran ini akan menimbulkan kerjasama dengan tujuan membuat pencapaian tujuan menjadi lebih mudah.

4. Tahap Akomodasi
Setelah bekerja sama dan menjalankan tugasnya masing masing, biasanya akan muncul konflik dan pertentangan antar pihak-pihak yang terlibat. Pertentangan ini perlu diredakan akan tidak menghasilkan perpecahan, disinilah akomodasi berperan. Akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan.

5. Tahap Asimilasi
Setelah melalui beberapa permasalah dan mampu mengatasi permasalah tersebut tanpa menimbulkan perpecahan, biasanya hubungan antara pihak yang berkaitan akan lebih erat sehingga terjadinya proses asimilasi. Asimilasi adalah proses sosial berupa usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok kelompok untuk mempertinggi rasa kesatuan.

6. Tahap Integrasi
Setelah proses asimilasi, maka akan terbentuk integrasi. Pada proses integrasi penyesuaian antar unsur masyarakat yang berbeda terjadi dan kemudian membentuk keserasian dalam menjalani fungsi kehidupan.

C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTEGRASI SOSIAL
1. Homogenitas Kelompok
Homogenitas kelompok adalah kemiripan atau kesamaan dalam suatu kelompok masyarakat baik itu kepribadian, ciri atau adat istiadat. Kesepakatan yang dapat disetujui bersama akan lebih mudah tercapai dengan mempertimbangkan homogenitas dalam masyarakat yang bersangkutan.

2. Besar Kecilnya Kelompok Masyarakat
Semakin besar suatu kelompok maka perbedaan yang muncul akan semakin banyak pula. Dalam kelompok yang relatif kecil, maka hubungan pribadinya cenderung lebih akrab dan berlangsung secara informal, sehingga lebih mudah tercapainya suatu kesepakatan.

3. Mobilitas Geografis (Perpindahan Fisik)
Perpindahan atau pergerakan penduduk secara geografis akan menimbulkan banyak keanekaragaman dalam suatu wilayah. Masyarakat yang masuk ke suatu daerah baru membawa ideologi, kebiasaan, budaya dan kepribadian dari tempat asalnya. Oleh karena itu mobilitas sosial sangat mempengaruhi terbentuknya suatu integrasi sosial.

4. Efektivitas dan Efisiensi Komunikasi
Salah satu syarat terjadinya interaksi sosial adalah komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pada umumnya komunikasi yang sering kita lihat dilakukan secara verbal (berbicara) dengan menggunakan cara yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, contohnya dengan menggunakan bahasa dari suatu negara tertentu. Tetapi komunikasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat, menunjukkan sikap tertentu, ekspresi wajah, dll. Intinya jika informasi yang ingin disampaikan oleh satu pihak dapat diterima dengan baik oleh pihak lainnya, maka komunikasi sudah terjadi antara kedua belah pihak tersebut.

Lancarnya komunikasi antar individu atau antar kelompok dalam suatu lingkungan masyarakat merupakan sebuah pertanda bahwa mereka memiliki hubungan sosial yang baik satu sama lain. Dengan ini maka akan lebih mudah untuk mencapai suatu kesepakatan, karenanya efektivitas dan efisiensi dari komunikasi akan mempengaruhi integrasi sosial.

D. KLASIFIKASI MACAM MACAM BENTUK INTEGRASI SOSIAL
1. Berdasarkan hasilnya integrasi sosial terbagi menjadi :
a. Asimilasi
Asimilasi adalah penggabungan dua atau lebih kebudayaan yang hasilnya menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli, artinya hasil dari asimilasi merupakan sebuah kebudayaan baru yang diterima oleh semua kelompok dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

b. Akulturasi
Akulturasi adalah penggabungan dua atau lebih kebudayaan tanpa menghilangkan ciri khas dari kebudayaan asli di lingkungan tersebut. Biasanya kebudayaan asing yang masuk akan mendapatkan penolakan terlebih dahulu, tetapi kemudian seiring berjalannya waktu kebudayaan ini akan diterima dan dimanfaatkan dengan tanpa menghilangkan ciri khas dari kebudayaan awal.  

2. Berdasarkan penyebabnya, integrasi sosial dapat terbagi menjadi :
a. Integrasi Normatif
Integrasi normatif adalah integrasi yang terjadi karena norma-norma tertentu yang berlaku dalam masyarakat secara keseluruhan. Norma ini menjadi hal yang mampu mempersatukan masyarakat sehingga integrasi lebih mudah terbentuk.

b. Integrasi Instrumental
Integrasi instrumental adalah integrasi yang tampak secara visual akibat adanya keseragaman antar individu dalam suatu lingkungan masyarakat. Contohnya adalah keseragaman pakaian, keseragaman aktivitas sehari – hari, keseragaman ciri fisik, dll.

c. Integrasi ideologis
Integrasi ideologis adalah integrasi yang tidak tampak secara visual, terbentuk karena adanya ikatan spiritual atau ideologis yang kuat berdasarkan proses alamiah tanpa adanya paksaan. Interaksi ideologis menggambarkan adanya persamaan kepahaman dalam memandang nilai sosial, persepsi, serta tujuan antara anggota masyarakat dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

d. Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena adanya fungsi fungsi tertentu dari masing masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.

e. Integrasi Koersif
Integrasi koersif adalah integrasi yang terbentuk karena adanya pengaruh kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa. Integrasi ini dapat bersifat paksaan.

E. SYARAT BERHASILNYA INTEGRASI SOSIAL
Proses mewujudkan integrasi sosial yang baik tidaklah mudah, apalagi pada lingkungan masyarakat multikultural dengan perbedaan yang sangat banyak. Sangat sulit untuk menemukan suatu keputusan yang dapat diterima oleh semua kelompok masyarakat. Tetapi bagaimanapun sulitnya, integrasi sosial sangat penting untuk dilakukan.

1. Menurut R William Lidle, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah sebagai berikut :
Sebagian besar (mayoritas) anggota dalam masyarakat sepakat tentang batas – batas teritorial dari wilayah mereka sebagai suatu kehidupan politik.
Sebagian besar (mayoritas) anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan hukum dari proses politik dan sosial yang berlaku bagi seluruh masyarakat dalam wilayah teritorial tersebut.

2. Selain pendapat tersebut, ada pendapat lain dari William F. Ougburn dan Meyer Nimkoff tentang Syarat berhasilnya integrasi Sosial :
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka saling mengisi kebutuhan mereka satu sama lain.
Masyarakat telah menciptakan kesepakatan bersama tentang nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan tersebut.
Nilai dan Norma sosial itu sudah berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
Masing masing individu atau kelompok mampu mengendalikan diri dan menyesuaikan diri satu sama lain.
Selalu menempatkan persatuan dan kesatuan sebagai prioritas utama.



6. INTEGRASI NASIONAL
integrasi sosial (masyarakat) dapat diartikan adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat
mulai dari individu, keluarga, lembaga masyarakat secara keseluaruhan.
Sumpah pemuda 28 Oktober 1928, merupakan bukti sejarah perwujudan solidaritas sosial yang begitu kental antar golongan pemuda. Pada hakikatnya bangsa Indonesia adalah satu corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa yang menjadi modal mengembangkan budaya bangsa seluruhnya, sehingga menjadi modal dasar bagi terwujudnya Integrasi sosial-Integrasi Nasional.
d. Integrasi nasional
1. Beberapa permasalahan integrasi nasional
a) Perbedaan Ideoloogi
b) Kondisi masyarakat yang majemuk
c) Masalah territotial daerah yang berjarak cukup jauh
d) Pertumbuhan partau politik
2. Upaya pendekatan
Upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu antara lain:
• Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara terhadap ideolgi nasional
• Membuka isolasi antar berbagai kelompok dengan membangun sarana komunikasi, informasi, dan ttranspormasi
• Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional
• Membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing


Kamis, 09 November 2017

MASYARAKAT PEKOTAAN DAN PERDESAAN

MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PENGERTIAN MASYARAKAT
Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah ekseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
MASYARAKAT PEDESAAN
Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya
Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan –ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan :
-          konflik
-          kontraversi
-          kompetisi
MASYARAKAT PERKOTAAN
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
PERBEDAAN MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
Pekerjaan atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.
Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lbih rendah bila dibandingkan dgn kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
Homogenitas dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa, penduduk di kota lebih heterogen.
Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
Ada beberapa perbedaan pelapisan sosial yang tak resmi antara masyarakat desa dan kota:
pada masyarakat kota aspek kehidupannya lebih banyak system pelapisannya dibandingkan dengandi desa.
pada masyarakat desa kesenjangan antara kelas eksterm dalam piramida sosial tidak terlalu besar dan sebaliknya.
masyarakat perdesaan cenderung pada kelas tengah.
ketentuan kasta dan contoh perilaku.
Mobilitas Sosial.
Mobilitas berkaitan dgn perpindahan yg disebabkan oleh pendidikan kota yg heterogen, terkonsentrasi
nya kelembagaan-kelembagaan.
banyak penduduk yg pindah kamar atau rumah
waktu yg tersedia bagi penduduk kota untuk bepergian per satuan
bepergian setiap hari di dalam atau di luar
waktu luang di kota lbih sedikit dibandingkan di daerah perdesaan Interaksi Sosial.
masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya
dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun secara kualitatif
Pengawasan Sosial
Di kota pengawasan lebih bersifat formal, pribadi dan peraturan lbh menyangkut masalah pelanggaran
Pola Kepemimpinan
Menentukan kepemimpinan di daerah perdesaan cenderung banyak ditentukan oleh kualitas pribadi
dari individu dibandingkan dengan kota
Standar Kehidupan
Di kota tersedia dan ada kesanggupan dalam menyediakan kebutuhan tersebut, di desa tidak demikian
Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial pada masyarakat perdesaan dan perkotaan banyak ditentukan oleh masingmasing faktor yang berbeda
Nilai dan Sistem Nilai
Nilai dan system nilai di desa dengan di kota berbeda dan dapat diamati dalam kebiasaan, cara dan
norma yang berlaku
Hubungan desa dan kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan terdapat hubungan uang erat, bersifat ketergantungan, karena saling membutuhkan
Kota tergantung desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan, desa juga merupakan tenaga kasar pada jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota.
sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yg juga diperlukan oleh orang desa, kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang-bidang jasa yg dibutuhkan oleh orang desa.
ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
-          Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
-          Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
-          Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
-          Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
-          Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
a)    Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota . Untuk itu maka pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus dimilikinya .
b)    Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat , agar tidak disusul dengan masalah lainnya ;
c)    Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru ;
d)    Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya .
Oleh karena itu maka kebijaksanaan perencanaan dan mengembangkan kota harus dapat dilihat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional . Rumusan pengembangan kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota sebagai berikut :
1)    Menekan angka kelahiran
2)    Mengalihkan pusat pembangunan pabrik (industri) ke pinggiran kota
3)    Membendung urbanisasi
4)    Mendirikan kota satelit dimana pembukaan usaha relatif rendah
5)    Meningkatkan fungsi dan peranan kota – kota kecil atau desa – desa yang telah ada di sekitar kota besar
6)    Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.


URBANISASI


Pengertian Urbanisasi
Sebelum kita membahas banyak mengenai urbanisasi, alangkah baiknya kita mengenal pengertian dari urbanisasi terlebih dahulu. Yang disebut dengan urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap dalam kurun waktu tertentu. Urbanisasi menurut ilmu kependudukan sedikit berbeda, yakni presentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.
Sementara menurut ilmu kependudukan, perpindahan penduduk dari desa ke kota ini hanya salah satu hal yang mempengaruhi terjadinya urbanisasi itu sendiri. Namun dari kedua definisi di atas kita lebih mengenal urbanisasi sebagai definisi yang pertama, yakni perpindahan penduduk dari desa ke kota. Mengapa orang-orang senang melakukan urbanisasi ini tentu ada alasannya. Kita akan mempelajarinya lebih lanjut.

Penyebab Urbanisasi
Suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia biasanya didasarkan pada alasan atau ada sebabnya. Demikian halnya dengan urbanisasi, terjadinya urbanisasi ini karena ada sebabnya. Sebab dari urbanisasi ini juga merupakan faktor penarik mengapa orang-orang melakukan urbanisasi. Beberapa penyebab dari urbanisasi antara lain sebagai berikut:
1. Banyaknya lapangan kerja di kota daripada di desa
Salah satu penyebab dan merupakan alasan paling umum mengapa orang-orang melakukan urbanisasi adalah karena keberadaan lapangan kerja. Di desa, jumlah lapangan kerja masih sangat terbatas. Banyak orang-orang yang sudah lulus lebih memilih mencari pekerjaan di kota. Di kota banyak perusahaan-perusahaan yang besar sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Selain banyak perusahaan yang besar, di kota juga ramai sehingga menjadi lahan empuk untuk mendirikan usaha. Banyak orang berdagang yang sukses di kota sehingga semakin menarik minat warga desa untuk mengadu nasib di kota. Selain itu, di kota apapun bisa menjadi sebuah pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dan sangat berbeda dengan desa yang mengedepankan prinsip tolong menolong dan gotong royong.
2. Sarana dan prasarana di kota yang lebih lengkap
Penyebab orang- orang melakukan urbanisasi selanjutnya adalah karena di kota terdapat sarana dan pra sarana yang lebih lengkap daripada di desa. Bagi orang-orang yang mempunyai uang akan lebih memilih tinggal di kota dengan segala kemodernannya menjadi pilah yang lebih menarik daripada harus bersusah payah hidup di desa yang masih serba manual. Selain itu kita juga bisa mendapatkan segala kebutuhan dengan lebih mudah di kota daripada di desa. Kebutuhan pendidikan lebih lengkap apabila kita cari di kota. Dengan sarana dan pra sarana yang lebih lengkap idealnya kesejahteraan manusia makin terjamin dan kebutuhan manusia bisa lebih bisa di atasi.
3. Kehidupan di kota yang lebih modern
Kehidupan perkotaan yang lebih modern menjadi salah satu daya tarik sekaligus penyebab terjadinya urbanisasi. Orang- orang yang mendambakan kehidupan modern dan kekinian pasti akan memilih tinggal di daerah perkotaan daripada pedesaan. Kehidupan kota yang gemerlap dan modern menjadi hal yang dicari oleh generasi zaman sekarang untuk bisa memenuhi keinginannya. Di kota kita tidak harus repot jika menginginkan mandi air panas, karena ada pemanas air otomatis. Di kota kita tidak harus menaiki tangga satu per satu dan menyebabkan capek, karena kita akan menemukan lift atau eskalator. Di kota kita juga tidak perlu capek- capek mencuci baju dan menyetrika karena di kota banyak usaha laundry. Ketika cuaca panas kita tidak perlu kipas- kipas atau menyalakan kipas angin karena hampir semua gedung sudah memiliki AC, dan masih banyak lagi kemudahan- kemudahan yang bisa kita dapatkan di kota.

4. Pendidikan berkualitas tinggi jumlahnya lebih banyak
Semua orang setuju bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. manusia memerlukan pendidikan untuk dapat bertahan hidup dari segala kondisi kerasnya dunia. Pendidikan juga membekali arah bagi manusia agar bisa menempuh jalan yang benar. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya orang tua sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Banyak orang tua yang akan memberikan pendidikan terbaik hingga sekolah-sekolah yang sangat mahal pun rela diberikan kepada anak-anaknya demi mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Selama ini kita melihat sekolah-sekolah di desa masih sangat standar dan cenderung kurang dalam peralatan, sarana dan pra sarana maupun pendidik dan tenaga kependidikannya. Maka dari itulah bagi orang-orang yang sangat mengedepankan pendidikan mereka takkan segan untuk menyekolahkan anak-anak mereka di kota. Sekolah di kota memiliki sarana dan pra sarana yang lebih lengkap, memiliki tenaga kependidikan dan juga pendidik yang lebih berkualitas. Sehingga bukan hal aneh lagi bila anak- anak kecil di kota sudah pintar berbahasa asing, bermain musik hingga berpidato.
5. Banyak perguruan tinggi ternama
Sekarang ini pendidikan tinggi pasca pendidikan wajib 9 tahun sudah menjadi kebutuhan yang penting. Beberapa tahun lalu memang belum banyak orang yang kuliah, namun tidak dengan sekarang. Di desa-desa belum banyak berdiri universitas atau sekolah tinggi yang menyelenggarakan perkuliahan, jika pun ada kualitasnya belum terlalu baik. Dengan alasan menginginkan universitas atau sekolah tinggi yang baik, maka banyak pelajar yang berbondong- bondong ke kota untuk mendaftar kuliah meskipun biaya yang dikeluarkan terkadang bisa sangat mahal. Hal ini demi mendapatkan kualitas pendidikan tinggi seperti yang diinginkan.
Nah itulah beberapa penyebab dari urbanisasi sekaligus menjadi faktor daya tarik mengapa orang-orang melakukan urbanisasi.
Tujuan Urbanisasi
Apabila ada perbuatan, disitu pasti ada tujuan. apapun aktivitas yang dilakukan oleh manusia biasanya memiliki tujuan tertentu. Biasanya tujuan yang akan dicapai pun merupakan tujuan yang menguntungkan atau bersifat positif, setidaknya untuk dirinya sendiri. Hal ini juga berlaku untuk urbanisasi. Orang-orang yang merelakan diri pergi ke kota pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai, mengingat hidup di kota seorang diri dan jauh dari keluarga itu tidaklah mudah. Seseorang melakukan urbanisasi pasti memiliki tujuan tertentu. beberapa tujuan yang ingin dicapai seseorang dalam melakukan urbanisasi antara lain sebagai berikut:
1. Memperoleh kesejahteraan hidup
Salah satu tujuan yang ingin dicapai seseorang yang melakukan urbanisasi adalah karena ingin memperoleh kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup ini bisa bermakna luas, yakni bisa dipandang dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Seseorang yang lama menganggur di desa lebih memilih datang ke kota dengan alasan ingin memperoleh pekerjaan. Jika sudah memiliki pekerjaan maka orang itu akan mendapatkan gaji yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara dari segi sosial dan budaya, seseorang memilih tinggal di kota mungkin merasa lebih nyaman dengan segala fasilitas yang serba modern dan juga serba ada. Hal ini akan meringankan pekerjaan seseorang sehingga lebih sedikit membuang waktu apabila mengerjakan pekerjaan rumah.
2. Memperoleh kepuasan
Memperoleh kepuasan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai seseorang yang melakukan urbanisasi. Memperoleh kepuasan ini berlaku pada orang-orang yang memang mendambakan kehidupan kota yang serba ramai, gemerlap, instan, modern dan lainnya. Orang-orang yang semacam ini sangat menginginkan kehidupan di kota sehingga akan sangat senang hati apabila bisa tinggal di kota.
3. Memperoleh kesenangan
Sama halnya dengan memperoleh kepuasan, apabila kepuasan telah dicapai maka seseorang akan memperoleh kesenangan. Kesenangan ini selalu dirasakan setelah seseorang mencapai kepuasan. Orang- orang yang menyukai lingkungan dan juga atmosfer  perkotaan akan merasa tidak betah apabila tinggal di pedesaan. Maka dari itulah orang- orang tipe ini akan lebih nyaman apabila tinggal di kota.
4. Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat
Tinggal di perkotaan memang akan mendapatkan kemudahan berupa pelayanan yang lebih baik dan cepat, terutama dalam bidang pendidikan dan juga kesehatan. Apabila di desa ketika ada yang sakit maka untuk berobat kita harus mengantri karena minimnya tenaga kesehatan sementara yang sakit banyak. Namun hal ini tidak ditemukan di kota, karena kota memiliki lebih banyak tenaga medis dan pusat-pusat pelayanan kesehatan. Di desa, bayi- bayi akan mendapatkan vaksin tertentu saja karena keterbatasan jumlah dan alat, namun di kota vaksinasi diberikan kepada bayi secara rutin, serta masih banyak contoh-contoh lainnya. Nah, hal seperti itulah yang menyebabkan seseorang mungkin lebih menyukai tinggal di kota daripada di desa, karena bisa memperoleh pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat.


5. Mendapatkan pekerjaan
Mungkin poin ini sedikit mirip dengan poin pertama atau poin 1 yang telah kita bicarakan, namun kali ini hanya mengkhususkan kepada pekerjaannya saja. salah satu tujuan seseorang melakukan urbanisasi adalah karena ingin mendapatkan pekerjaan. Dan alasan inilah yang paling banyak digunakan seseorang untuk melakukan urbanisasi.
6. Tidak ingin ketinggalan zaman
Nah, rasa ingin selalu tampil up to date membuat seseorang dengan senang hati meninggalkan desa demi tinggal di kota, karena perkotaan adalah tempat yang bisa memenuhi keinginannya.
Itu dia beberapa tujuan mengapa seseorang baik secara individu maupun berkelompok melakukan urbanisasi. Padahal kita tidak menyadari ada dampak apa dibalik terjadinya urbanisasi tersebut.

Dampak Urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap untuk beberapa waktu. Urbanisasi memiliki dampak yang sangat banyak, terutama bagi daerah yang didatangi. Dampak-dampak ini berupa dampak positif maupun negatif. Beberapa dampak dari urbanisasi antara lain sebagai berikut:
1. Dampak Positif
Urbanisasi yang dilakukan oleh orang-orang akan memberikan beberapa dampak yang bersifat positif atau bersifat baik. Adapun dampak-dampak tersebut antara lain sebagai berikut:


Memodernisasikan warga desa
Menambah pengetahuan warga desa
Menjalin kerjasama yang baik antar warga suat daerah
Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
Mengurangi pengangguran di pedesaan
Menambah kesejahteraan masyarakat pedesaan
Terpenuhinya jumlah tenaga kerja
Menggerakkan roda perekonomian
Itulah beberapa dampak positif yang bisa terjadi atau yang dapat dirasakan oleh manusia apabila urbanisasi dilaksanakan. Dampak positif ini terasa di daerah perkotaan yang menjadi tujuan bagi orang- orang maupun di daerah pedesaan yang ditinggalkannya. Dampak positif terbagi rata antara desa dan juga kota.
2. Dampak Negatif
Selain dampak positif maka ada pula dampak- dampak negatif dari adanya urbanisasi. Beberapa dampak yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
Permasalahan perumahan yang sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Terbentuknya subur tempat-tempat pemukiman baru yang berada di pinggiran kota
Sekain meningkatnya tuna karya
Lingkungan hidup yang tidak sehat akan menimbulkan kerawanan sosial dan juga kriminalitas.
Berkurangnya jumlah tenaga kerja usia produktif di pedesaan
Banyak pengangguran di ibukota
Banyak menimbulkan sampah
Penyebab kemacetan
Itulah beberapa dampak negatif yang bisa terjadi atau yang dapat dirasakan oleh manusia apabila urbanisasi dilaksanakan. Dampak negatif ini terasa di daerah perkotaan yang menjadi tujuan bagi orang- orang maupun di daerah pedesaan yang ditinggalkannya. Dampak negatif biasanya lebih banyak dirasakan di kota daripada di desa. Semoga informasi ini bermanfaat bagi pembaca.


Sumber :